Rabu, 07 Maret 2012

supra

SUPRA ROAD RACE

Haiii.. Bang OP aku Ardi pembaca setiamu dari pertama kali terbit. Aku mau tanya seputar Supra X 2001. Rencananya aku mau ikutan road race... Hehehe walau pun hanya ikut Kelas Pemula Lokal. Ubahanya piston 53 mm, karbu PE 24, CDI BRT, durasi kem sudah ditata ulang. Tetapi klep masih standar.

  1. Bagaimana caranya bikin mesin tahan lama? Karena selama ini overheat terus saat setting. Padahal semua gir pompa oli berfungsi lancar.
  2. Apakah bisa Supra bertarung di kelas MP3? Karena selama ini selalu dikuasai oleh Jupiter dan Smash. Dan ubahannya apa saja?
  3. Untuk road race enak pakai crankshaft standar atau stroke up?
  4. Di daerahku jarang ada avgas... Apakah pake Pertamax bisa buat road race dan rasio kompresi diset tinggi?

Tolong balas ya... Buat OP jaya selalu!

SOMA ARDIAWAN
Per email



  1. Mesin overheat pada mesin road race bisa disebabkan banyak hal. Di antaranya rasio kompresi kebesaran, tak sesuai bahan bakar. Timing pengapian ketinggian. Dan kurangnya pendinginan dan pelumasan.

    Untuk itu rasio kompresi mesti diukur dulu. Caranya ya lewat buret. Lantas hitung lewat rumusnya. Rumusnya sebagai berikut:

    Vcc / (Vcc + Vl)
    Vcc adalah volume ruang bakar.
    Vl adalah volume langkah kerja piston. Bisa dihitung dengan mengkuadratkan diameter piston lantas dikali panjang langkah dan pi (3,14). Selanjutnya dibagi 4.
    Namun pengukuran dengan buret haruslah teliti. Penggunaan buret yang tidak tepat jelas mempengaruhi hasil pengukuran. Lalu jangan lupa untuk menggunakan faktor pengurang yakni volume drat busi.

    Jika sudah didapat rasio kompresi mesin, cocokkan dengan oktan bahan bakar yang digunakan. Tidak boleh tidak melebihi dari spesifikasi. Sebagai contoh avgas harus bnermain rasio kompresi di sekitar 13,5 : 1 hingga 14,5 : 1.

    Urusan timing pengapian yang terlalu tinggi bakal membuat panas pembakaran tidak efektif diubah menjadi kerja. Sebaliknya terlalu banyak panas dalam ruang bakar yang membuat komponen yang berhubungan dengan ruang bakar terlalu panas. Sebagai patokan timing pengapian untuk CDI BRT bisa diset tertinggi pada 40 derajat Sebelum TMA.

    Faktor pelumasan mesti dicek terlebih dahulu adalah tekanan pelumasan. Ketika tekanan kurang maka lapisan film pada komponen menjadi kurang. Semestinya hal ini harus dicek melalui alat pressure gauge. Tapi secara praktis, Sobat bisa amati oli yang naik ke kepala silinder. Ketika mesin dihidupkan stasioner misalnya lantas klep dibuka maka harus tampak cipratan oli.

    Hal lain yang perlu diperhatikan adalah penggunaan jenis oli. Karena mesin road race adalah obyekl dari tekanan dan suhu tinggi maka mutu pelumas haruslah baik. Bahkan sangat baik. Karena itu banyak mekanik yang lantas menggunakan oli khusus balap yang biasanya adalah 100% sintetik. Hanya saja perangkat kopling basah pada mesin bebek membuat pemilihan oli sintetik tidak bisa sembarangan. Sebab bisa mengakibatkan slip pada kopling. Menjadi percuma jika tenaga gede tapi tidak bisa tersalur lewat kopling, kan?

    Mengenai pendinginan, khusus mesin Supra hal ini menjadi paling rawan. Sebab liner silinder saat piston dibore up hingga 53 mm, maka liner menjadi terlalu tipis. Hanya sekitar 1 mm. Faktor inilah yang besar kemungkinan menjadikan mesin Supra overheat. Bisa saja sih liner ditebalkan hingga lebih dari 1 mm. Tetapi jarak keempat baut stud alias baut pemegang blok silinder menjadi terlalu mepet. Akibatnya ya kekuatan ikatan baut stud ke kalter tengah bertkurang. Tak heran menjadi tidak tahan geberan.

    Solusi lain ya mengeset clearance piston lebih longgar. Coba gunakan clearance 0,060 mm. Implikasinya oli mudah terkotori hasil pembakaran. Karena itu oli mesin mesti sering dikontrol atau diganti.
  2. Sekadar bertarung sih bisa saja. Tapi berat sangat, Sob. Faktor ketahanan seperti yang tadi disampaikan adalah salah satunya. Kalu untuk tenaga sih bisa dikejar. Masalah berikutnya adalah rangka yang kurang mumpuni. Lagi pula kenapa klep yang Sobat pake masih standar? Bukankah regulasi memungkinkan penggunaan klep 26/23 mm untuk kelas MP3?

    Mengejar tenaga mesin harusnya dilakukan dengan pembesaran klep. Bayangkan klep Supra yang standarnya 24/21 mm harus bertarung dengan klep ukuran yang lebih besar. Jadi sebaiknya coba dulu besarkan diameter klep.

    Saran OP sebaiknya tinggalkan Supra dan kalau masih berniat pakai Honda, sebaiknya pilih Blade sebagai basis. Sebaba secara rangka dan mesin sudah jauh lebih baik. Dan bukan hal yang muskil untuk bisa mengalahkan dominasi Jupiter. Setidaknya hasil balap di tahun ini menunjukkan hal itu. Pemakai Blade sering dan mampu mempencundangi pengguna Jupiter.

    Para mekanik penggarap Jupiter pun mengakui Blade punya keunggulan basis dibanding Jupiter sekali pun. Salah satru contoh adalah penggunaan teknologi roller rocker arm. Konstruksi ini secara mekanis sangat efisien. Minimnya gesekan yang ditimbulkan membuat tenaga yang bisa dihasilkan mesin bisa lebih tinggi dan yang paling penting mengurangi beban mesin. Untuk mesin road race yang tak bisa meninggalkan ketahanan hal ini menjadi sangat penting.

    Keunggulan lain ada pada ukuran klep yang sudah aplikasi 25,5/22 mm. Dengan klep standar saja Sobat bisa punya motor yang bisa jadi juara di kelas MP3. Setidaknya itu hasil pengamatan OP di beberapa lomba road race.
  3. Regulasi di road race melarang penggunaan crankshaft stroke up. Artinya ya wajib standar. Lagi pula crankshaft stroke up sering bermasalah pada hal ketahanan. Jadi kenapa harus naik stroke?
  4. Penjelasan di atas tadi sudah menerangkan tentang hubungan erat antara rasio kompresi dan bahan bakar. Artinya memang rasio kompresi harus diset menyesuaikan bahan bakar yang dipakai. Soal tenaga sih dengan angka oktan yang lebih rendah terbukti tenaga yang bisa dihasilkan masih bisa cukup besar. Hanya saja performa mesin dengan spek seperti ini akan kalah di soal akselerasi ketimbang mesin yang menggunakan oktan lebih tinggi.

    Untuk Pertamax sebagai acuan Sobat sebaiknya set rasio kompresi di angka 12 : 1 hingga 12,8 : 1. Jangan lupa untuk menurunkan timing pengapian di angka maksimal 38 derajat Sebelum TMA.


Sumber: Otoplus (Rubrik Kontek) 20/VII, MINGGU KEDUA, 9 - 15 November 2009
Gambar lengkap dapat di lihat di Tabloid OTOPLUS

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com
Free Dani Cursors at www.totallyfreecursors.com